02_Resensi
Nama
: Rizky Nurcahyati
Sekolah : SMK Negeri 1 Jakarta
Judul buku
|
: Winter in Tokyo
|
|
Judul terjemahan
|
: Musim Dingin di Tokyo
|
|
Penulis
|
: Ilana Tan
|
|
Penerbit
|
: Gramedia
Pustaka Utama
|
|
Tahun terbit
|
: 2008
|
|
Kota terbit
|
: Jakarta
|
|
Tebal buku
|
: 320 halaman
|
|
ISBN
|
: 918-602-03-1018-3
|
|
Ilustrator
|
: Orkha Creative
|
Sebuah karya yang ditulis oleh Ilana
Tan, buku yang bertema romansa remaja. Berlatarkan tempat di sebuah kota di
Jepang, yaitu Tokyo. Kisah yang beralur campuran ini berawal saat musim dingin
di Tokyo. Ishida Keiko yang tinggal di sebuah apartemen kecil berlantai dua di
pinggiran Tokyo. Keiko mendadak kedatangan tetangga baru, Nishimura Kazuto.
Remaja yang telah lama tinggal di New York, dan memilih pindah ke Tokyo. Ia
pindah tepat di depan apartemen Keiko. Penampilan Kazuto memang agak berantakan,
namun perilakunya sangatlah sopan.
Alasan ia
melakukan perpindahan tidak lain hanyalah untuk melenyapkan ingatan tentang
Yuri. Seorang sahabat, tetangga, sekaligus wanita yang Kazuto cintai. Mungkin
hatinya begitu sakit, ketika Yuri memilih untuk menikah dengan sahabatnya
sendiri daripada dengan dirinya. Sehingga Kazuto memilih pergi, meninggalkan
segenap rasa yang ada, rasa yang tak berbalas, menuju kota yang sempat ia
tinggali waktu kecil. Disanalah ia bertemu, Ishida Keiko. Wanita yang spesial
baginya, seseorang yang sangat menyukai kesusasteraan. Namun, Kazuto tidak
pernah tahu isi hatinya sendiri kepada Keiko. Aneh memang, namun rasa sakit
hatinya terasa masih membekas hingga membuatnya merasa seperti tidak ingin
mengenal cinta lagi.
Keiko masih bergeming, sibuk dengan pikirannya sendiri, ia benar-benar
tidak menyadari sekelilingnya, termasuk Kazuto yang sedang membidiknya dengan
kamera. Sedangkan Kazuto, ia tidak tahu seberapa lamakah ia telah memandangi
gadis itu. Sampai suatu ketika lamunan itu tersadar oleh gerakan Keiko sendiri.
Lagi-lagi Kazuto hanya dapat menampakkan senyum, sebagai arti kekaguman, akan
keindahan yang berada di depan matanya. Ia menghampiri Keiko, menyapanya
seolah-olah ia baru saja datang di tempat itu.
Masa
lalu, apa yang akan kau dapatkan dengan hal itu. Kecuali rasa pahit yang kan
terus terulang, meskipun sampai saat ini, rasanya akan selalu sama seperti
waktu dulu. Bahwa mereka memiliki masa lalu masing-masing, yang ini memilih
untuk terus mengenang dan yang satunya lagi memilih untuk pergi. Ya, Keiko
memilih tetap tinggal bersama masa lalunya, mendekapnya erat-erat karena ia
sangat yakin seseorang yang ia tunggu beberapa waktu lamanya itu akan datang
suatu hari nanti. Sedangkan Kazuto memilih melepaskan masa lalu itu, pergi
adalah jalan terbaik baginya. “Toh, hidup tidak hanya untuk melakukan hal
itu-itu saja, bukan?” ungkap Kazuto. Masih ada banyak hal yang belum ia
dapatkan selain rasa yang menyiksanya waktu itu.
Tak
dapat dipungkiri, perasaan Kazuto kepada Keiko pun terus mengembang. Sampai
pada suatu waktu saat cinta pertama Keiko datang, Kitano Akira yang merupakan
teman lama Kazuto semasa kecil. Orang yang selalu Keiko nantikan selama ini, ia
tak dapat berkata apapun kecuali segenap rasa syukur pada-Nya, hati Keiko pun
berbunga-bunga dibuatnya. Lain halnya dengan Kazuto, entah ini akan menjadi
bencana untuknya ataukah sebaliknya. Sebab ia dapat bersua kembali dengan teman
semasa kecil yang sangat ia rindukan, namun kecamuk rasa Kazuto pun datang
tentang perasaannya kepada Keiko yang terus meletup-letup di hati. Akankah masa
lalunya terulang kembali? Namun, ia juga berpikir “Mengapa harus takut akan
gelap, apabila ada banyak hal yang hanya bisa dilihat sewaktu gelap?” Ia
memilih meneruskan perasaannya terhadap Keiko, menyimpannya sampai waktu akan
berbaik hati mengungkap kebenarannya.
Kazuto
kembali mengingat-ingat. “Ingatanku tentang masa kecil sudah agak buram”.
“Ternyata laki-laki itu tidak ingat padaku.” Pikir Keiko sedikit menyesal.
Kazuto memang telah kehilangan ingatan karena kecelakaan itu, semua kisah
bersama Keiko tiada lagi di dalam memori Kazuto. Kebahagiaan Keiko seakan
tertiup angin, hilang berganti kesedihan, sebab orang yang baru ia sadari bahwa
ia mencintainya pun saat ini tak lagi mengingatnya, mengenalnya pun tidak.
“Takdir macam apakah ini?” Gumam Keiko sedih. Benar saja, takdir memang selalu
datang tiba-tiba, ia tak pernah menunggu kita apakah siap atau tidak, tak
pernah berbaik hati untuk menyapa terlebih dulu.
Kazuto
kehilangan ingatannya, lalu bagaimana kelanjutan kisahnya bersama Keiko? Sedang
kenangannya telah lenyap, semua jadi membingungkan. Namun takdir terus
berlanjut, terhalang apapun hati tak bisa dibohongi. Letupan cinta itu pun
hadir kembali, Kazuto memang lupa akan kenangannya bersama Keiko. Namun, apakah
Keiko masih menyimpan rasa yang pernah ada untuk Kazuto? Sedangkan Akira selalu
ada untuk Keiko, disaat Kazuto kehilangan memori tentangnya. Dan apakah isi
hati Keiko yang sebenar-benarnya? Ditambah lagi dengan kedatangan Iwamoto Yuri,
mantan kekasih Kazuto yang ingin membawa pergi Kazuto dari Tokyo. Kebersamaan
manakah, yang baiknya tercipta?
Buku yang
sangat menarik untuk dibaca, di dalamnya terdapat kisah yang dibuat dengan
menarik dan berbeda dengan kisah lainnya, yang membuat pembaca kesulitan untuk
menebak kisah apa yang terjadi selanjutnya. Sehingga terus mengundang antusias
untuk terus membalik halaman pada buku “Winter in Tokyo”. Bagaimana perasaan
tokoh dapat jelas tergambar, dan membuat pembaca seperti merasakan hal yang
sama dengan tokoh, merupakan salah satu hal menarik lainnya tentang buku ini.
Cover depan buku yang dibuat pun cukup menarik namun simpel, serta sesuai
dengan isi buku.
Ada banyak
pengetahuan yang didapatkan tentang khasanah kebudayaan Jepang, mulai dari
bahasa, perilaku sehari-hari, nama tempat, dan sebagainya. Terjemahan bahasa
Indonesia dari bahasa Jepang pun terdapat di bagian bawah pada lembar buku,
sehingga dapat memudahkan pembaca. Penggambaran tokoh dan alurnya pun terkesan
membawa perasaaan “Baper”, terutama bagi para remaja yang sedang kasmaran. Oleh
karena itu, buku ini sangat direkomendasikan bagi remaja, dan dewasa terutama
bagi mereka yang sedang kasmaran maupun patah hati akan cinta. Sayangnya, pada
buku ini profil tokoh tidak disampaikan dengan jelas, seperti ciri khas fisik
yang dimiliki tokoh. Kata-kata yang ada di dalamnya pun masih menggunakan
bahasa yang tidak baku, namun masih dapat dimengerti pembaca. Selain itu,
penggunaan literasi bahasa Jepang di dalam buku ini agak sulit dimengerti bagi
yang belum mengetahui artinya.
Karena patah
hati itu hal yang wajar dalam mencintai. Lepaskanlah, semoga ia tidak menjadi
beban, semoga hati akan selalu ada dalam kedamaian. Jika orang itu memang akan
bersama, sejauh apapun jarak memisahkan, selama apapun waktu menunggu, mereka
akan bersama. Dan mencintai itu bukan hanya sekedar mengerti, namun untuk
merasa jua. “Mengapa harus takut akan gelap, apabila ada banyak hal yang hanya
bisa dilihat sewaktu gelap?” Kita hanya dapat percaya saja akan takdir dan
skenario-Nya, lakukanlah yang terbaik yang mampu kita lakukan. Tuhan Maha Mengetahui,
sedangkan kita tidak.
*Artikel ini merupakan salinan hasil lomba menulis resensi dalam rangka HANJABA (Hari Anak Jakarta Membaca) 2016, yang diselenggarakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, pada tgl. 30 Agustus 2016.
~ iJakarta, Reading on anything and everywhere.